JAKARTA - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
tidak ketinggalan mengevaluasi kinerja pemerintah dalam sektor pelayanan
pendidikan 2012. Mereka kecewa karena persoalan kekurangan guru SD PNS
tidak terpecahkan hingga pergantian tahun berlangsung.
Ketua Umum Pengurus Besar (Ketum PB PGRI) Sulistyo mengatakan, pemenuhan
kebutuhan guru SD selama 2012 benar-benar tidak jalan. "Saat ini
kekurangan guru SD. Kita berharap tahun depan tidak terjadi lagi,"
katanya kemarin (30/12).
PGRI menghitung kekurangan guru SD PNS lebih dari seratus ribu. Mereka
menerima laporan kasus kekurangan guru SD PNS terjadi di 96 persen
kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia.
Menurut dia, persoalan kekurangan guru yang tidak terpecahkan itu
menimbulkan persoalan baru. Yakni membeludaknya jumlah guru SD honorer.
Dari analisis PGRI, kepala SD yang kekurangan guru dengan gampangnya
merekrut guru honorer baru. "Karena memang tidak ada solusi lagi," kata
dia.
Dia khawatir banyaknya jumlah guru SD honorer itu akan merepotkan
pemerintah. Sebab, tidak menutup kemungkinan mereka akan menuntut
diangkat langsung menjadi PNS tanpa tes.
Kecenderungan para guru honorer menuntut langsung jadi PNS karena
pengabdian mereka benar-benar berat. Sulistyo mengatakan, guru-guru SD
honorer itu beban kerjanya sama dengan guru SD PNS. Sebaliknya, imbalan
gaji untuk guru SD honorer jauh di bawah guru SD PNS.
Dia meminta pemerintah pusat dan daerah tidak saling lempar tanggung
jawab atas persoalan kekurangan guru SD PNS itu. Dikhawatirkan jika
pemerintah tahun depan belum mencabut moratorium CPNS baru, kasus
kekurangan guru SD semakin kronis.
Selain soal pemenuhan jumlah guru SD, Sulistyo meminta pemerintah
memperbaiki sistem kesejahteraan guru-guru swasta yang sudah terlanjur
bekerja. Sulistyo menuntut upah atau gaji guru swasta minimal sama
dengan UMK setempat. "Tidak apa-apa gajinya sama dengan buruh (sesuai
UMK), daripada digaji Rp 300 ribu per bulan," tutur Sulistyo yang juga
anggota DPD dari Provinsi Jawa Tengah itu.
Kesimpulan PGRI, pemenuhan jumlah dan kesejahteraan guru SD, SMP, SMA,
dan madrasah sangat penting. Sebab, mengutip dari sejumlah hasil
penelitian, kemampuan siswa Indonesia masih rendah. Di antaranya hasil
penelitian Trends in International Mathematics and Science Studies
(TIMSS) 2011 yang dilansir pertengahan bulan ini.
Dari penelitan TIMSS disebutkan bahwa nilai rata-rata matematika siswa
kelas 2 SMP di Indonesia hanya 386 dan menempati urutan 38 dari 42
negara yang diteliti. Posisi Indonesia hanya lebih baik dari Suriah,
Maroko, Oman, dan Ghana. Posisi tiga besar diduduki Korea Selatan,
Singapura, dan Taiwan.
Sedangkan untuk pelajaran sains tidak kalah jeblok. Nilai rata-rata
sains siswa kelas 2 SMP adalah 406 dan menempatkan Indonesia di urutan
ke-40 dari 42 negara. "Kami kecewa karena posisi Indonesia kalah dari
Palestina, negara yang didera konflik berkepanjangan," jelas Sulistyo.
Sumber : http://www.jpnn.com
Guru SD PNS Kurang 100 Ribu
Powered by Blogger.
Leave a Reply