Jakarta - Anggota DPR dinilai telah mempermalukan lembaganya
sendiri, dengan kunjungan kerja (kunker) ke Jerman yang salah alamat.
Kunker
itu dilakukan oleh Badan Legislasi (Baleg) DPR terkait dengan UU
Keinsyinyuran. Namun, kehadiran anggota Baleg ke Jerman untuk study
banding ke Deutsches Institut fr Nrmung (DIN) dinilai salah alamat.
"Untuk
kesekian kali anggota DPR mempermalukan lembaga yang terhormat
tersebut. berdalih kunjungan kerja, anggota DPR ini pelesiran
menggunakan uang rakyat. Meskipun menuai kritik dari rakyat nampaknya
anggota DPR ini tetap bebal," tegas Direktur Eksekutif Segitiga
Institute, Muhammad Sukron, kepada INILAH.COM, Rabu (28/11/2012).
Menurut
Sukron, wajar jika kemudian Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Jerman
mengawasi kunker tersebut. Sebab, seringkali kunker hanya dijadikan
kedok saja.
Mantan Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM)
ini juga menilai terlalu gegabah jika kemudian DPR menyerang balik PPI
dengan tudingan tidak sopan atau upaya mendeskriditkan DPR. Sebab, apa
yang dilakukan oleh PPI ini sebagai bentuk protes masyarakat.
Apalagi, ternyata terbukti kalau kunker yang dilakukan ke DIN sangat tidak siap dan tidak matang.
"Video
yang di unggah oleh PPI di Jerman adalah bentuk kongrit protes pelajar
terhadap pelesiran DPR tersebut. Toh tidah subtantif, dalam video
tersebut kita lihat ketidaksiapan anggota DPR kita. Dan tidak ada
relefansinya karena DIN bukan lembaga negara atau pemerintah. Dan DIN
hanya lembaga yang mengurusi tentang standarisasi produk di Jerman,"
jelasnya.
PPI merekam aktivitas DPR selama berada di DIN dan
mengunggahnya di situs YouTube. DIN adalah lembaga yang menangani
standardisasi produk, bukan profesi keinsinyuran yang ingin diketahui
anggota DPR. DIN tidak mengatur profesi/individu dari insinyur itu
sendiri, melainkan menstandarkan produk dan proses dari berbagai bidang
keteknikan di Jerman.
Pertemuan yang hanya berlangsung sekitar 2
jam itupun mendiskusikan informasi umum DIN saja. Misalnya, sejarah
terbentuknya DIN di Jerman dan Eropa, prosedur kerja dan hubungannya
dengan kebijakan pemerintah Jerman, terutama di bidang sains dan
teknologi.
Karena tidak ada hubungannya, dialog antara anggota
Baleg dengan perwakilan DIN menjadi terkesan percuma. Misalnya, ketika
anggota DPR bertanya apakah ada hukuman yang didasari oleh legislasi
kepada pihak tertentu untuk proyek yang gagal di bidang keteknikan
(misalanya, di bidang konstruksi, K3).
Pertanyaan itu dijawab
perwakilan DIN dengan mengatakan bukan kapasitas DIN untuk menjawab
pertanyaan itu. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan suatu
proyek. Selain itu dalam kerangka kebijakan sanksi untuk kegagalan
proyek bukanlah sesuatu yang bisa didesain dengan absolut.
Lucunya,
dalam tayangan video itu terlihat bahwa dialog tidak berlangsung cair.
Sebab, dialog itu menggunakan perantara, yakni penerjemah. Padahal,
pihak DIN berbicara menggunakan bahasa Inggris, bukan bahasa Jerman.
Lagi
pula penerjemah itu ditunjuk dadakan begitu saja. Tidak direncakan
terlebih dulu, seperti apa dialog akan berlangsung dan siapa yang
menjadi penerjemah.
Kontan saja, penonton tayangan di YouTube
melontarkan caci maki. Mereka heran, bagaimana mungkin anggota-anggota
DPR itu tidak bisa memahami bahasa Inggris.
Usai pertemuan mereka
langsung meluncur ke restoran Timur Tengah di Berlin, lalu ke KBRI dan
kembali ke hotel. Satu hari di Berlin, para anggota DPR hanya
menggunakan waktu efektif 2 jam mendengarkan presentasi di kantor DIN.
Sepekan pelesiran anggota DPR di Jerman itu menghabiskan Rp2,3 miliar.
Sumber : www.inilah.com
Kunker Salah Alamat, DPR Dipermalukan Anggotanya
Powered by Blogger.
Leave a Reply